Petani Cabai Sumbar Terancam Gagal Panen Massal Akibat Dampak Abu Vulkanik Gunung Marapi!

Author:

Kabar buruk menghampiri para petani cabai di Sumatera Barat. Erupsi Gunung Marapi yang terus berlangsung sejak beberapa waktu lalu, dan menghasilkan hujan abu vulkanik yang signifikan, diperkirakan akan menyebabkan gagal panen massal pada tanaman cabai. Kondisi ini tentu menimbulkan kekhawatiran besar bagi para petani dan berpotensi mengganggu pasokan serta harga cabai di pasaran.

Dampak Serius Abu Vulkanik pada Tanaman Cabai

Abu vulkanik yang menutupi permukaan daun tanaman cabai menghambat proses fotosintesis, yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan buah. Lapisan abu yang tebal juga dapat menyebabkan kerusakan fisik pada daun dan bunga, serta meningkatkan risiko serangan penyakit dan hama. Jika kondisi ini terus berlanjut, para petani cabai di Sumatera Barat hampir dipastikan akan mengalami gagal panen.

Ketua Kelompok Tani Cabai “Bukit Subur” di Kabupaten Agam, Bapak Roni, pada Sabtu, 12 April 2025, mengungkapkan keprihatinannya. “Sejak hujan abu semakin sering, tanaman cabai kami mulai menunjukkan gejala kerusakan. Daunnya menguning dan banyak bunga yang rontok. Kami sangat khawatir akan gagal panen total jika tidak ada tindakan cepat,” ujarnya saat dihubungi melalui telepon.

Luas Lahan Terdampak dan Potensi Kerugian

Menurut data sementara yang dihimpun oleh Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat per tanggal 10 April 2025, diperkirakan ratusan hektar lahan cabai di sekitar wilayah terdampak erupsi Gunung Marapi berpotensi mengalami gagal panen. Wilayah yang paling parah terkena dampak meliputi Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Kerugian ekonomi yang dialami para petani diperkirakan mencapai miliaran rupiah, mengingat cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di Sumatera Barat.

Upaya Mitigasi dan Harapan Bantuan

Meskipun kondisi semakin sulit, beberapa petani cabai berupaya melakukan mitigasi mandiri, seperti membersihkan abu dari daun tanaman secara manual dan melakukan penyemprotan dengan air bersih. Namun, upaya ini dinilai kurang efektif jika intensitas hujan abu terus tinggi. Para petani sangat berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah maupun pusat, seperti penyediaan alat semprot bertekanan tinggi dan bantuan bibit untuk pemulihan pasca erupsi.