Penerapan sistem sirkular dalam pertanian menjadi angin segar bagi peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani di Indonesia. Konsep pertanian yang mengintegrasikan peternakan dan budidaya tanaman ini terbukti mampu menghasilkan panen melimpah, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan merusak tanah. Muhammad Mardiono, Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia (UKP RI) Bidang Ketahanan Pangan, baru-baru ini menyoroti potensi besar sistem sirkular sambil juga mengungkapkan kondisi petani gurem yang masih memerlukan perhatian serius.
Dalam kunjungan lapangan yang dilakukan pada hari Jumat, 10 Mei 2025, pukul 09.00 WIB, di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Mardiono menyaksikan langsung keberhasilan panen padi dengan sistem sirkular terintegrasi. Proyek percontohan ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik yang berasal dari limbah ternak mampu meningkatkan hasil panen secara signifikan. Jika sebelumnya lahan padi hanya menghasilkan 4-5 ton per hektar dengan pupuk kimia, metode organik ini mampu mencapai 9 ton per hektar. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya produksi petani yang selama ini sangat bergantung pada pupuk kimia, tetapi juga memperbaiki kesuburan tanah yang pH-nya kerap berada di bawah 4 akibat penggunaan pupuk sintetis yang berlebihan. Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) setempat, Ibu Siti Aisyah, menjelaskan bahwa peningkatan kualitas tanah juga berdampak pada penurunan serangan hama dan penyakit.
Mardiono menyoroti bahwa Indonesia memiliki sekitar 17 juta petani gurem, atau petani dengan luas lahan garapan yang sangat terbatas. Mereka adalah tulang punggung ketahanan pangan nasional namun seringkali menghadapi berbagai kendala, mulai dari akses permodalan, fasilitas produksi, hingga pemasaran hasil panen. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah berencana memberikan akses yang lebih mudah kepada petani gurem terhadap sarana produksi seperti alat berat dan irigasi terintegrasi.
Lebih lanjut, dalam pertemuan yang diselenggarakan pada hari Minggu, 12 Mei 2025, pukul 14.00 WIB, di Aula Balai Pertemuan Tani Jaya, Mardiono menjelaskan bahwa petani-petani ini akan dikelompokkan dan diberikan bantuan ternak sebagai sumber pupuk organik. Diperkirakan, setiap satu hektar lahan membutuhkan minimal dua ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan pupuk. Dengan begitu, petani tidak hanya mendapatkan penghasilan dari panen, tetapi juga dari sektor peternakan. Bulog akan berperan dalam menyerap gabah hasil panen, dan Koperasi Merah Putih akan didirikan di setiap desa untuk memfasilitasi penjualan produk pertanian petani. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani gurem dan mendorong kemandirian pangan nasional melalui penerapan sistem sirkular yang berkelanjutan.
